1. Hadits Qawli
Hadits qawli adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik
berupa perkataan, ucapan, ataupun sabda yang memuat berbagai maksud syara’,
peristiwa, dan keadaan yang berkaitan dengan akidah, syariah, akhlak, atau
lainnya. Contohnya, hadits yang diriwayatkan oleh ‘Ubadah ibn al-Shamith
bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Artinya: ”Tidak
(sah/sempurna) shalat bagi orang yang tidak membaca surat al-Fatihah”. (Shahih al-Bukhari, III: 204, hadits 714)
نضّرا لله ا
مراْسمع منّا حديثا فحفظه حتى يبلّغه غيره........
Artinya: “ semoga Allah memberi kebaikan
kepada orang yang mendengarkan suatu hadis dariku, kemudian menghafal dan
menyampaikan kepada orang lain… (H.R. Ahmad).
2. Hadits Fi’li
Hadits fi’li ialah hadits yang menyebutkan perbuatan Nabi Muhammad saw yang sampai kepada
kita. Misalnya hadits riwayat al-Bukhari dari Jabir ibn ‘Abd Allah:
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ
حَيْثُ تَوَجَّهَتْ فَإِذَا أَرَادَ الْفَرِيضَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَة
Artinya: ”Rasulullah
saw pernah shalat di atas tunggangannya, ke mana pun tunggangannya menghadap.
Apabila ia mau melaksanakan shalat fardhu, ia turun dari tunggangannya, lalu
menghadap ke kiblat ”. (Shahih
al-Bukhari, III: 204, hadits 714)
كا ن اْ كتر د
عا ء النّبي صلى ا لله عليه و سلّم : ا للهمّ اْ تنا فى الدّنيا حسنة و فى ا لاْ
خرة حسنة و قينا عذا ب ا النّار (رواه متفق عليه)
Do’a yang paling banyak dilakukan Nabi SAW., adalah Allahumma aatina
fiddun-yaa hasanatan wa fi al-akhirati hasanah waqina adzaban-aar (Bukhori dan
Muslim).
3. Hadits Taqriri
Maksud hadits taqriri ialah
Penetapan (Taqririyyah) yaitu perkataan atau perbuatan tertentu yang
dilakukan oleh sahabat di hadapan Nabi Muhammad atau sepengetahuan beliau,
namun beliau diam dan tidak menyanggahnya dan tidak pula menampakkan
persetujuannya atau malahan menyokongnya. Hal semacam ini dianggap sebagai
penetapan dari Nabi Muhammad walaupun beliau dalam hal ini hanya bersifat pasif
atau diam. Sebagai contoh, pengakuan Nabi Muhammad terhadap ijtihad para
sahabat berkenaan dengan shalat Ashar di perkampungan Bani Quraizhah,
sebagaimana diriwayatkan dari ‘Abd Allah Ibn Umar:
لَا يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ
الْعَصْرَ إِلَّا فِي بَنِي قُرَيْظَةَ فَأَدْرَكَ بَعْضَهُمْ الْعَصْرُ فِي
الطَّرِيقِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَا نُصَلِّي حَتَّى نَأْتِيَهَا وَقَالَ
بَعْضُهُمْ بَلْ نُصَلِّي لَمْ يُرَدْ مِنَّا ذَلِكَ فَذُكِرَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يُعَنِّفْ وَاحِدًا مِنْهُمْ
Artinya: “Janganlah
salah seorang (di antara kamu) mengerjakan shalat Ashar, kecuali (setelah
sampai) di perkampungan Bani Quraizhah. Lalu sebagian mereka mendapati (waktu)
‘Ashar di perjalanan. Sebagian mereka mengatakan, kita tidak boleh shalat
sehingga sampai di perkampungan, dan sebagian lainnya mengatakan, tetapi kami
shalat (dalam perjalanan), tidak ada di antara kami yang membantah hal itu. Hal
itu lalu dilaporkan kepada Nabi saw, ternyata beliau tidak menyalahkan seorang
pun dari mereka”. (Shahih
al-Bukhari, III: 499, hadits 894)
عن بن عمر رضي
ا لله عنهما قال: قال النبيىّ صلى الله عليه و سلّم يو م ا لاْ حزا ب : لا يصلّىن
اْ حدالعصر الاّ في بني قريضة, فاْدرك بعضهم العصر فى الطّر يق فقا ل بعضهم لا
تصلى حتّى تاْ تيها وقا ل: بعضهم بل نصلّى لم يرد منّا ذ لك فذ كّر ذ لك للنبيّ
صلى الله عليه وسلّم فلم يعتّف واحدامنهم (رواه البخارى)
Artinya: Dari Ibnu ‘Umar ra, dia berkata:
“ Nabi SAW., bersabda pada hari peperangan Ahzhab, ujarnya: “Janganlah seorang
pun melakukan salat “ashar kecuali di perkampungan Bani Quraidzah. Maka
sebagian mereka berkata: ‘kami tidak melakukan salat sehingga kami sampai di
perkampungan tersebut”. Dan sebagian yang lain mengatakan, “justru kami
melakukan salat (pada waktunya), karena beliau tidak memaksudkan yang demikian
pada kami’. Kemudian perbedaan interpretasi
tersebut disampaikan kepada Nabi Saw., dan Nabi Saw tidak menyalahkan siapa pun
di antara mereka.” (H.R. Bukhori)
4. Hadits Hammi
Hadits hammi adalah hadits yang menyebutkan keinginan Nabi saw yang belum sempat beliau
realisasikan, seperti halnya keinganan untuk berpuasa pada tanggal 9 Asyura
sebagai diriwayatkan dari ‘Abd Allah ibn ‘Abbas:
حِينَ
صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ
وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ
الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا
الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: “Sewaktu
Rasulullah saw berpuasa pada har ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk
berpuasa, mereka berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia adalah hari yang
diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani”. Rasulullah saw menjawab, ”Tahun yang
akan datang, insya Allah kita akan berpuasa pada hari kesembilan(nya)”. ‘Abd
Allah ibn ‘Abbas mengatakan, “Belum tiba tahun mendatang itu, Rasulullah saw
pun wafat”. (Shahih Muslim, V:
479, hadits 1916)
5. Hadits Ahwali
Hadits ahwali adalah hadits yang menyebutkan hal ihwal Nabi saw yang menyangkut keadaan
fisik, sifat-sifat, dan kepribadiannya. Contohnya, pernyataan al-Barra` ibn
‘Azib berikut ini:
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ وَجْهًا
وَأَحْسَنَهُ خَلْقًا لَيْسَ بِالطَّوِيلِ الْبَائِنِ وَلَا بِالْقَصِي
Artinya: “Rasulullah saw adalah
manusia memiliki sebaik-baik rupa dan tubuh. Kondisi fisiknya, tidak tinggi dan
tidak pendek ”. (Shahih
al-Bukhari, XI: 384, hadits 3285)
عن اْ بى سعيد الخدرى رضى الله عنه
قا ل: سمعت رسول الله صلى عليه وسلّم يقول: من راىْ منكم منكرا فليغيّره بيده فاْ
ن لم يصتطع فبلسا نه فان لم يصتطع فبقلبه و ذلك اْ ضعف الايمان (رواه مسلم)
Said Al-Khuduri, ia berkata: “saya mendengar Rasulullah
bersabda: “Apabila engkau melihat suatu kemungkaran maka cegahlah dengan tangan
(kekuasaan)-mu apabila tidak sanggup, maka cegahlah dengan hatimu. Sesungguhnya
dengan hati itulah yang selemah-lemahnya iman (H.R. Muslim)
0 komentar:
Posting Komentar