A. Pengertian
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi
barang.
Akibat inflasi secara umum adalah
menurunnya daya beli masyarakat karena secara rill tingkat pendapatannya juga
menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik
sebesar 5% sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riel pendapatan
mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli
sebesar 5% juga, Putong (2002: 254).
B.Rumus Menghitung
Inflasi
Adapun
rumus untuk menghitung inflasi adalah :
1.
Hitung IHK
terlebih dahulu :
IHK =
x
100%
Keterangan
:
IHK
= indeks harga konsumen
Pn =
harga sekarang
Po =
harga pada tahun dasar
∑ =
jumlah
2.
Setelah itu hitung
Inflasi :
Inflasi =
x
100 %
Keterangan :
IHKn = Indeks Harga
Konsumen periode ini
IHKo = Indeks Harga
Konsumen periode lalu
C. Jenis Inflasi
a.
Berdasarkan
sifatnya. Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 4 kategori utama, Putong
(2002: 260), yaitu:
a. Inflasi
merayap/rendah (creeping Inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari
10% pertahun.
b.
Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara
10-30% pertahun.
c.
Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang
besarnya antara 30-100% pertahun.
d.
Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi
yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (di
atas 100%).
b. Berdasarkan
sebabnya inflasi dibagi menjadi 2, Putong (2002: 260), yaitu:
a.
Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya
permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi
produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya
adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara
penawaran tetap, maka harga akan naik.
b. Cost Push
Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya
produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya
perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh / menurun, kenaikan
harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh
yang kuat dan sebagainya).
Akibat
dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan harga output, tidak
berbeda, tetapi dari segi volume output (GDP riil) ada perbedaan. Dalam kasus
demand inflation, biasanya ada kecenderungan untuk output (GDP riil) menaik
bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Sebaliknya dalam kasus cost inflation,
biasanya kenaikan harga-harga dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang
(kelesuan usaha). Perbedaan yang laindari kedua proses inflasi ini terletak
pada urutan dari kenaikan harga. Dalam demand inflation kenaikan harga barang
akhir (output) mendahului kenaikan barang-barang input dan harga-harga faktor
produksi (upah dan sebagainya). Sebaliknya, dalam cost inflation kita melihat
kenaikan harga barang-barang akhir (output) mengikuti kenaikan harga
barang-barang input/faktor produksi.
Kedua macam
inflasi ini jarang sekali dijumpai dalam praktek dalam bentuk yang murni. Pada
umumnya, inflasi yang terjadi di berbagai negara di dunia adalah kombinasi dari
kedua macam inflasi tersebut, dan seringkali keduanya saling memperkuat satu
sama lain, Boediono (1982: 157-158).
c. Berdasarkan asalnya
inflasi dibagi menjadi 2, Putong (2002: 260), yaitu:
a.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic
inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja
negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.
b. Inflasi yang
berasal dari luar negeri, karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu
negara mengalami inflasi yang tinggi, harga-harga barang dan juga ongkos
produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor
barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
D. Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap Pendapatan (Equity
Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya
tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya
inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya
inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per
tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan
pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency
Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola
alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan
permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya
perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan
alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output
Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas
(Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap.
Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi
pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
E.
Dampak Inflasi
Secara umum,
inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan
mengadakan investasi.
Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu, orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat, para penerima
pendapatan tetap, seperti pegawai negeri atau karyawan swasta, serta kaum buruh
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
a) Bagi Pemilik Pendapatan Tetap Dan Tidak
Tetap
Bagi masyarakat yang memiliki
pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan
pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di tahun 2003 atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya,
orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti pengusaha,
tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga dengan pegawai yang bekerja
di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
b) Bagi Para Penabung
Inflasi menyebabkan orang enggan
untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang tabungan
menghasilkan bunga, tetapi jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap
menurun. Jika orang tidak menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit
berkembang karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyarakat.
c) Bagi Debitur Dan Kreditur
Bagi orang yang meminjam uang
kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang
kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam.
Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian
karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat
peminjaman.
d) Bagi Produsen
Bagi produsen, inflasi dapat
menguntungkan Jika pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan
biaya produksi. Jika hal ini terjadi, produsen terdorong untuk melipatgandakan
produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, jika inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen,
produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen dapat menghentikan
produksinya untuk sementara waktu, bahkan jika tidak sanggup mengikuti laju
inflasi, dapat gulung tikar (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
e) Bagi Perekonomian Nasional
1. Investasi
berkurang.
2. Mendorong
tingkat bunga.
3. Mendorong
penanam modal yang bersifat spekulatif.
4.
Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan.
5.
Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi pada masa yang akan datang.
6.
Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang.
7.
Menimbulkan defisit neraca pembayaran.
8. Merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
F.
Cara Mencegah dan Mengatasi Inflasi
Dengan menggunakan persamaan Irving Fisher MV=PQ, dapat dijelaskan bahwa
inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada Q. Jadi untuk mencegah
inflasi variabel M atau V harus dikendalikan, lalu volume Q ditingkatkan. Untuk
mengatur M, V, dan Q dapat dilakukan dengan berbagi kebijakan Nopirin (2005:
34-35), yaitu:
a. Kebijaksanaan
Moneter
1.
Mengatur jumlah uang yang beredar (M). Salah satu komponennya
adalah uang giral. Uang giral dapat terjadi dalam dua cara, yaitu seseorang
memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro dan seseorang memperoleh pinjaman
dari bank berbentuk giro, yang kedua ini lebih inflatoir. Bank sentral juga
dapat mengatur uang giral dengan menaikkan cadangan minimum, sehingga uang
beredar lebih kecil. Cara lain yaitu menggunakan discount rate.
2. Memberlakukan
politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga), dengan menjual surat
berharga, bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar.
b. Kebijakan Fiskal
Dengan cara
pengurangan pengeluaran pemerintah serta menekan kenaikan pajak yang dapat
mengurangi penerimaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c. Kebijakan yang
Berkaitan dengan Output
Dengan
menaikkan jumlah output misal dengan cara kebijaksanaan penurunan bea masuk
sehingga impor barang meningkat atau penaikan jumlah produksi, bertambahnya
jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
d. Kebijaksanaan
Penetuan Harga dan Indexing
Dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada
indeks harga tertentu untuk gaji/upah (dengan demikian gaji/upah secara riil
tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga naik, begitu pula kalau
harga turun.
e. Sanering
Sanering berasal dari bahasa Belanda
yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering antara
lain: Penurunan nilai uang, Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank
dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan
jangka panjang oleh pemerintah.
f. Devaluasi
Devaluasi
adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri.
Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai
mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan
dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing.
Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang
sendiri terhadap mata uang asing.
G. Hasil Observasi Inflasi
Pengaruh inflasi
yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun
sehingga standar hidup dari masyarakat turun, dan akhirnya menjadikan semua
orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
inflasi yang
tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku
ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi
yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan
konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi.
tingkat
inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara
tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif
sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.
Disini saya meneliti inflasi di Jatim. Dari data yang saya
kumpulkan selama tiga bulan terakhir ini tentang kenaikan harga yang terjadi di
setiap bulannya, yaitu sebagai berikut :
Pada perkembangan inflasi perbulan menunjukkan bahwa angka inflasi
pada September, Oktober dan November 2012 sebesar masing-masing 4.31 %,
4.61 %, dan 4.32 %. Tekanan
inflasi dari sisi "administered price" diperkirakan tetap terjadi
pada bulan Desember meskipun masih relatif minim. Di sisi lain, dari sisi
fundamental inflasi inti masih berada pada batas atas. hal tersebut juga
didukung oleh tingginya ekspektasi inflasi di masyarakat walaupun secara umum
kapasitas perekonomian di Jatim tetap mencukupi. jika gangguan anomali cuaca
masih terjadi dan tidak terdapat kebijakan pamerintah untuk menaikkan harga BBM
maka inflasi tahunan di Jatim diyakini dapat mencapai 4,66
persen.
Jadi, selama tiga bulan kemarin saya dapat menyimpulkan bahwa
statistik pada bulan Oktober mengalami kenaikan sebanyak 30 % namun di bulan
November mengalami penurunan sebesar 29 %. Ini menjadikan terjadinya pasang
surut harga barang. Yang mana barang-barang akan ada yang mengalami kenaikan
dan ada juga yang tetap bertahan dengan harga yang sama. Entah itu para
pedagang yang tidak tahu inflasi di Indonesia atau memang mereka sengaja tidak
menaikkan harga barang.
Untuk menyikapi kondisi tersebut, TPID Jawa Timur menyusun
rekomendasi yang perlu ditempuh, di antaranya perumusan kebijakan sektoral dan
harga yang mendukung peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) sehingga dapat
menjadi insentif bagi pelaku usaha di sektor pertanian, penerapan pembatasan
kebijakan impor baik secara parsial maupun menyeluruh. Bahkan, perlu diimbangi
dengan upaya peningkatan produktivitas komoditas lokal.
Kemudian peningkatan pengawasan alur distribusi antarpulau untuk
mengurangi ekspor ilegal, penerapan ketentuan yang mewajibkan perusahaan asing
di bidang pengadaan pangan untuk menjual sebagian atau seluruh produknya di
pasar domestik.
Selain itu, peningkatan pemanfaatan resi gudang untuk mengurangi
fluktuasi harga antarmusim, perlunya peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam
penguasan stok komoditas pangan penting, dan penyusunan data stok pangan, serta
informasi harga yang akurat. Disini saya meneliti 7 kelompok inflasi :
- Kelompok
Bahan Makanan
No.
|
Komoditas
|
Satuan
|
Bulan
|
||
September 2012
|
Oktober 2012
|
November 2012
|
|||
1
|
Beras
|
Kg
|
8.000
|
8.000
|
8.000
|
2
|
Kacang kedelai
|
Kg
|
8.500
|
8.500
|
8.500
|
3
|
Minyak
Goreng Curah
|
L
|
8.000
|
8.500
|
8.900
|
4
|
Tepung Terigu
|
Kg
|
7.000
|
7.000
|
7.000
|
5
|
Telur
|
Kg
|
24.000
|
24.200
|
25.000
|
Jumlah
|
|
55.500
|
56.200
|
57.400
|
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 101.26 %
Ø Indeks
harga bulan November dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 103.42 %
Ø Cara
menghitung inflasi
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi
= 2.13 %
Saya mengambil kesimpulan bahwa harga
dari bulan september sampai dengan bulan november telah mengalami inflasi atau
peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 103.42 % .
- Kelompok
Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
No.
|
Komoditas
|
Satuan
|
Bulan
|
||
September 2012
|
Oktober 2012
|
November 2012
|
|||
1
|
Big Cola
|
ml
|
3.000
|
3.000
|
3.000
|
2
|
Sari Roti
|
Bks
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
3
|
Rokok
Geo Mild
|
Bks
|
7.800
|
7.500
|
7.800
|
4
|
Sarimie Duo
|
Bks
|
2.000
|
2.000
|
2.200
|
5
|
Sprite
|
ml
|
3.950
|
3.950
|
3.950
|
Jumlah
|
|
26.250
|
26.450
|
26.650
|
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 100.76 %
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 101.52%
Ø Cara
menghitung inflasi
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi
= 0.75 %
Saya mengambil kesimpulan bahwa harga
dari bulan september sampai dengan bulan november telah mengalami inflasi atau
peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 101.52 % .
- Kelompok
Perumahan
No
|
Komoditas
|
Luas Kav
|
Bulan
|
||
September 2012
|
Oktober 2012
|
November 2012
|
|||
1
|
LAMDA 80/171
|
9 x 19
|
442.000.000
|
447.000.000
|
452.000.000
|
2
|
Type ALFA I 40/99
|
9 x 11
|
219.500.000
|
225.500.000
|
230.500.000
|
3
|
Type ALFA II 40/99
|
9 x 13
|
236.000.000
|
242.000.000
|
257.000.000
|
4
|
GAMA 61/158
|
9 x 17.5
|
360.000.000
|
365.000.000
|
370.000.000
|
5
|
DELTA 68/141
|
10 x 14
|
380.850.000
|
385.850.000
|
390.850.000
|
Jumlah
|
|
1.638.350.000
|
1.665.350.000
|
1.700.350.000
|
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 101.64 %
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK=
103.78 %
Ø Cara
menghitung inflasi
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi
= 2.10 %
Saya mengambil sampel dirumah “NEW VILLA
BUKIT SENGKALING MALANG” bahwa harga
dari bulan september sampai dengan bulan november telah mengalami inflasi atau
peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 103.78 %. itu di karenakan promo
di awal bulan dengan harga murah tapi setelah promo habis maka di bulan
selanjutnya harga rumah tersebut mengalami peningkatan.
- Kelompok
Sandang
No
|
Komoditas
|
Merk
|
Bulan
|
||
September 2012
|
Oktober 2012
|
November 2012
|
|||
1
|
Jersey Bola
|
7 star
|
30.000
|
30.000
|
30.000
|
2
|
Kaos Oblong
|
PallMal
|
25.000
|
30.000
|
30.000
|
3
|
Jaket
|
Nike
|
90.000
|
95.000
|
105.000
|
4
|
Kemeja
|
Cardinal
|
85.000
|
85.000
|
90.000
|
5
|
Celana Jeans
|
Levis
|
195.000
|
195.000
|
195.000
|
Jumlah
|
|
425.000
|
435.000
|
450.000
|
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 102.35 %
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 105.88 %
Ø Cara
menghitung inflasi
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi
= 3.44 %
Saya mengambil kesimpulan bahwa harga
dari bulan September sampai dengan bulan November telah mengalami inflasi atau
peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 105.88 %. Itu dikarenakan dibulan
– bulan tertentu kadang ada diskon jadi harga sandang dipasaran terkadang
berubah-ubah.
- Kelompok
Kesehatan
No
|
Komoditas
|
Bulan
|
||
September 2012
|
Oktober
2012
|
November 2012
|
||
1
|
Nivea Man
|
15.000
|
15.000
|
15.000
|
2
|
Paracetamol
|
1.200
|
1.200
|
1.200
|
3
|
Vitamin C
|
3.500
|
3.500
|
3.500
|
4
|
Pond’s
|
13.250
|
13.500
|
13.750
|
5
|
Celana Jeans
|
195.000
|
195.000
|
195.000
|
Jumlah
|
227.950
|
228.200
|
228.445
|
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 100.10 %
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 100.21 %
Ø Cara
menghitung inflasi
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi = 0.10 %
Saya mengambil kesimpulan bahwa harga
dari bulan September sampai dengan bulan November telah mengalami inflasi atau
peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 100.21 %.
- Kelompok
Pendidikan dan Olah Raga
No
|
Komoditas
|
Merk
|
Bulan
|
||
September 2012
|
Oktober 2012
|
November 2012
|
|||
1
|
Jaket Bola
|
Adidas
|
120.000
|
120.000
|
120.000
|
2
|
Sepatu Futsal
|
Specs
|
219.000
|
219.000
|
199.000
|
3
|
Buku Tulis 50 lbr
|
Sinar dunia
|
5.000
|
5.000
|
5.000
|
4
|
Spidol
|
Snowman
|
1.000
|
1.200
|
1.000
|
5
|
Bola futsal
|
Nike
|
75.000
|
80.000
|
80.000
|
Jumlah
|
|
420.000
|
425.000
|
405.000
|
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 101.19 %
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 96.42 %
Ø Cara
menghitung inflasi
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi = -4.71
%
Saya mengambil kesimpulan bahwa harga
dari bulan September sampai dengan bulan November telah mengalami penurunan
harga dari bulan ke bulan sebesar 96.42 %.
- Kelompok
Transportasi dan Komunikasi.
No
|
Komoditas
|
Bulan
|
||
September 2012
|
Oktober 2012
|
November 2012
|
||
1
|
Angkutan Umum
|
2.500
|
2.500
|
2.500
|
2
|
Bus Malang - Sby (ekonomi)
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
3
|
Bus Malang - Sby (Patas)
|
15.000
|
15.000
|
15.000
|
4
|
Bus Sby - Lamongan (ekonomi)
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
5
|
Speedy
|
220.000
|
233.000
|
233.500
|
Jumlah
|
257.500
|
270.500
|
271.000
|
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 105.04%
Ø Indeksa
harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK
=
x
100 %
IHK
=
x
100 %
IHK
= 105.24 %
Ø Cara
menghitung inflasi
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi
=
x
100 %
Inflasi = 0.19 %
Saya mengambil kesimpulan bahwa harga
dari bulan September sampai dengan bulan November telah mengalami inflasi atau
peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 105.24 %.
Dalam pengendalian inflasinya BI menerapkan sistem kebijakan
moneter yang ditujukan untuk mengelola tekanan harga yang berasal dari sisi
permintaan aggregat
(demand
management) terhadap sisi penawaran. Kemudian kebijakan ini tidak
untuk mengatasi kenaikan kejut yang bersifat sementara karena akan hilang
dengan sendirinya.
Dengan pertimbangan bahwa laju inflasi juga dipengaruhi oleh faktor
yang bersifat kejutan tersebut maka pencapaian sasaran inflasi memerlukan
kerjasama dan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan
makroekonomi yang terintegrasi baik dari kebijakan fiskal, moneter maupun
sektoral.
Kemudian secara teknis, koordinasi antara pemerintah dan BI telah
diwujudkan dengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan
Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005. Anggota TPI,
terdiri dari Bank Indonesia dan departmen teknis terkait di Pemerintah seperti
Departemen Keuangan, Kantor Menko Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen
Perhubungan, dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Menyadari pentingnya
koordinasi tersebut, sejak tahun 2008 pembentukan TPI diperluas hingga ke level
daerah. Ke depan, koordinasi antara Pemerintah dan BI diharapkan akan semakin
efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat maupun daerah sehingga dapat
terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Atmaja, Adwin. 1999. INFLASI DI
INDONESIA: SUMBER-SUMBER PENYEBAB DAN PENGENDALIANNYA, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Kristen Petra.
Bank Indonesia. 2010. Data Inflasi, (Online), (diakses dari (http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/,
pada 11 November 2010).
Boediono. 1982. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2 Ekonomi Makro Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE.
Nopirin.
2000. Ekonomi Makro, Buku 2, Edisi 1.
Yogyakarta: BPFE.
Putong, Iskandar. 2002. Ekonomi Mikro & Makro, Jilid 2. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Soleh, Muhammad. 2008. Perkembangan Moneter (Inflasi) Indonesia,
(Online), (diakses dari http://muhammadsoleh.blogspot.com/2008/02/perkembangan-moneter-inflasi-indonesia.html,
pada 27 September 2010).
Samuelson, Paul .A, William, D.
Nordhaus.2004. Ilmu Makro Ekonomi. Media Global Edukasi. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar