Juni 2012 ~ Angkringan Digital

Kamis, 28 Juni 2012

Mampukah "Wanita Perkasa" Selamatkan Wajah Facebook?

 
 
Reuters/Eduardo Munoz
Sheryl Sandberg, COO Facebook
 
KOMPAS.com - Silicon Valley, dan industri digital di Amerika Serikat pada umumnya, boleh dibilang masih didominasi oleh pria. Dari sedikit wanita yang berpengaruh, salah satu yang banyak dikenal adalah Sheryl Sandberg.

Sandberg adalah Chief Operating Officer Facebook yang seperti diberitakan oleh Reuters, telah dipromosikan untuk duduk di dewan direksi layanan jejaring sosial tersebut. Sebelum ada Sandberg, dewan direksi di perusahaan yang didirikan oleh Mark Zuckerberg itu didominasi oleh pria.

Hadirnya Sandberg diharapkan bisa membantu memperbaiki citra Facebook di kalangan investor. Sejauh ini Facebook dikatakan masih terasa seperti perusahaan yang dikelola oleh "segerombolan mahasiswa dari kamar kost".

Sandberg, dengan prestasinya yang gemilang, diharapkan bisa memberikan aura kedewasaan pada dewan direksi Facebook.

Lebih lanjut, diangkatnya Sandberg diharapkan bisa memperbaiki citra Facebook yang dikritisi oleh aktivis wanita di AS. Beberapa organisasi wanita menganggap Facebook kurang beragam.

Sebuah lembaga dana pensiun, selaku investor yang berpengaruh di bursa saham, sempat mendesak Facebook untuk menambahkan anggota wanita di dewan direksinya.

Bahkan, organisasi bernama UltraViolet sempat menggelar protes di depan kantor Facebook di New York, atas isu kesetaraan gender dan keberagaman di perusahaan tersebut.

Selama ini peran Sandberg juga sudah cukup baik sebagai "wajah" Facebook ke berbagai kalangan. Terutama karena Zuckerberg masih sering canggung berhadapan dengan publik.

Kini, Sandberg punya tugas besar untuk memperbaiki citra Facebook sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan yang kini sudah masuk bursa saham publik.

Dengan Bubur Kertas Cetak Omzet Puluhan Juta Rupiah

 
 
 
KOMPAS.com - Sumarsono tak putus asa ketika perusahaan tempat bekerjanya kolaps dan bubar karena krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. Ia pun memutar otak mencari akal usaha apa yang harus dikerjakannya. Dengan berbekal keahliannya di bidang grafis, ia akhirnya membuat panel seni bubur kertas. Saat ini Sumarsono bisa meraup puluhan juta setiap bulannya.
"Tahun 1989, pertama kali masuk Jakarta, saya kerja di advertising outdoor. Saya di production dan grafis, ya ada basic pemahaman terhadap gambar. Tahun 1998 kolaps, bubaran semua. Ada dua tahun menganggur," sebut Sumarsono, pemilik LaxsVin Art, kepada Kompas.com dalam sebuah pameran, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia memulai mengerjakan panel seni bubur kertas pada tahun 2000. Tepat dua tahun sejak dia tidak lagi mempunyai pekerjaan. Beda dengan lukisan pada umumnya yang menggunakan kanvas dan cat, Sumarsono justru memakai panel kayu sebagai pengganti kanvas dan bubur kertas.
Bahan bekas memang menjadi pilihan sebagai bahan baku bagi karya seninya. Waktu itu, ia mengaku belum mengenal adanya kampanye peduli lingkungan atau go green. Ada beberapa bahan bekas, seperti sisa gergajian, pelepah pisang, hingga bubur kertas, yang menjadi pilihannya. Tapi bubur kertas yang Sumarsono pilih. Ia mengaku ada karakter khas yang didapatkannya dari material itu. "Dia natural," sambungnya.
Tapi, membuat karya seni dari bubur kertas ternyata tak mudah. Awalnya, ia membuat panel seni dari bubur kertas yang bentuknya dua dimensi. Desainnya pun dinamis dengan berbagai warna. Ada enam tahun Sumarsono melakukan eksperimen terhadap karya seninya. Tahun 2006, lukisannya bisa dibilang berhasil dibuat sesuai harapan. Tidak ada literatur yang menjadi panduannya. "Kita semua meraba karena kita mengembangkan suatu produk yang orang lain belum lakukan," kata dia.
Lantas, ia pun memberanikan diri menjajakan produk panel seni bubur kertasnya ke pasar kaget. Ia membuat 15 buah lukisan dengan ukuran 80x120 sentimeter. Sumarsono pun kaget karena sisa jualannya hanya lima lukisan. Saat itulah kepercayaan dirinya terbangun.
Tahun 2007, ia pun mulai diajak oleh Pemerintah Daerah tempat dia tinggal, di Bogor, Jawa Barat, untuk ikut pameran. Sejumlah pameran diikutinya. Melalui pameran, ia berinteraksi dengan pembeli yang akhirnya menghasilkan masukan bagi produknya. Dikatakannya, pembeli mengeluh harga produk yang mahal dan berukuran besar sehingga sulit dibawa perjalanan jauh. Harga lukisan memang sempat dibanderolnya Rp 1,5 juta.
Seorang pembeli asing pun mengeluhkan besarnya lukisan sehingga sulit dikemas untuk dibawa pulang ke negaranya. Dari pengalaman itu, Sumarsono berusaha mencari ukuran yang pas agar lukisannya bisa dibawa dengan mudah. Ini dilakukannya mulai tahun 2010. "Delapan buah lukisan seberat 5 kilogram. Jadi nggak berat. Kan jatah bagasi 20 kilogram di pesawat," sebutnya.
Dalam berproduksi, Sumarsono tak membuatnya semua bagian panel bubur kertas sendirian. Bahan panel dari dia, tapi pengerjaannya dilakukan oleh orang lain. Dan, tenaga kerja tetapnya hanya tiga orang. Untuk kertasnya, ia mencari kertas koran dari pengepul harian. Satu bulan, usaha panel bubur kertasnya bisa menggunakan 300-400 kilogram koran bekas. Harga belinya pun sengaja ia lebihkan. "Dari rumahan saya patok harga Rp 2.000 per 1 kilogram, walaupun Rp 1.000 mereka sudah untung," ungkap dia.
Karena biaya produksinya terbilang rendah, ia pun bisa menekan harga jual. Untuk lukisan berukuran 45X45 sentimeter, ia membanderol seharga Rp 75.000-Rp 100.000. Produksi pun bisa ribuan panel dalam satu bulan.
Ukuran yang pas diklaimnya sebagai salah satu alasan larisnya panel. Apalagi produk panelnya memang dibuat berseri atau satu rangkaian. Jadi satu pembeli biasanya tidak hanya membeli satu buah panel. "Kita kasih harga Rp 75.000 kalau beli enam buah," ucapnya. Sumarsono pun mengaku belum pernah mengambil modal dari bank selama ini.
Bila ada permintaan, maka uang muka sebesar 30 persen sudah menutupi biaya produksi sebuah pemesanan. Penjualan pun tidak hanya dalam negeri. Ekspor dilakukan Sumarsono. Tapi tidak secara langsung. Ia mengandalkan buyer dan eksportir. "Setiap pameran suka dapat buyer. Entah dari Brasil, Malaysia," tutur dia.
Dengan penjualan yang begitu gencar, omzet besar pun dihasilkan dari panel seni bubur kertasnya. Omzet terus meningkat. Dulu, kata dia, paling hanya Rp 20 juta per bulan sekarang bisa mencapai Rp 30 juta per bulan. "Dari situ nggak usah minjam. Ambil 20 persen untuk produksi," ujar dia.
Ke depan, ia menjanjikan, produk panelnya tidak akan sama. Akan ada yang berubah dalam jangka waktu tertentu. Lalu, ia akan mengenalkannya melalui pameran.
Untuk sekarang ini, pada produk panelnya, warna era-80an ia hidupkan kembali dengan dominasi oranye. Sekalipun produk panel bisa berubah motif dan ukuran, tetapi fokus pasar tetap rumah yang modelnya minimalis. Lalu, ia berusaha menggunakan warna dasar hitam. Ini dilakukannya agar produk lukisan bubur kertasnya masuk ke semua warna cat rumah.
Ia pun tidak hanya menjual produk. Tapi, dia menularkan usahanya yang ramah lingkungan melalui pelatihan. Dia sering diajak untuk menjadi pembicara dalam pelatihan. Sumarsono juga berprofesi sebagai trainer recycle paper. "Pelatihan sudah pernah saya kerjakan di NTB, Serang, Jakarta," ungkapnya.
Dari pelatihan itu, ia pun bisa mendapatkan penghasilan. Itu karena pelatihan memungut biaya. Biaya yang ditarik per orang dalam suatu pelatihan bisa mencapai Rp 2,5 juta. Semakin sedikit orang yang mengikuti dalam satu kelas, biaya pelatihan pun bisa semakin mahal. "Di situ hitung-hitungan bisnisnya ada, kenapa saya nggak ambil," sambung Sumarsono.
Ia pun tak masalah bila ada yang mengikuti produk lukisannya. Pasalnya, Sumarsono berkilah ia sudah mempunyai jam terbang yang tinggi. Lagi pula, kata dia, gaya lukisan setiap orang berbeda. "Mereka akan mengangkat budaya mereka, gambar-gambar mereka," pungkas dia.

Editor :
Erlangga Djumena
Penulis : Ester Meryana

Rhenald Kasali: Bukan "Franchise" yang Tumbuh, melainkan "Grobakchise"

 
 
 
JAKARTA, KOMPAS.com — Guru Besar Fakultas Ekonomi UI Rhenald Kasali memandang, kecenderungan pertumbuhan, khususnya usaha mikro dan kecil yang dijalani anak muda perkuliahan di Indonesia saat ini, lebih pada usaha jajanan warung dan camilan ketimbang industri franchice. Rhenald menyebutnya sebagai usaha "grobakchice".
"Jadi yang tumbuh bukannya franchise, melainkan grobakchise. Masa para calon sarjana udahannya hanya (usaha) camilan. Para sarjana Indonesia yang berwirausaha hanya memikirkan camilan dan grobakchise," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, di Jakarta, Selasa (27/6/2012).
Bagi Rhenald, usaha kecil yang dijalani anak muda calon sarjana tersebut malah berdampak pada usaha kecil yang dilakoni rakyat kecil. Rakyat kecil tersebut, lanjut Rhenald, justru harus bersaing pasar dengan para wirausaha muda dari kalangan orang berpendidikan.
"Bukannya berinovasi melainkan bertempur dan menjadi musuhnya rakyat kecil. Nah ini semua karena kita terlalu hanyut dengan jargon usaha kecil, yang semasa krisis menjadi penyelamat ekonomi nasional," tutur Rhenald yang saat ini sedang berada di Perancis.
Keadaan seperti sekarang ini di Indonesia, menurut Rhenald, justru berbeda dengan usaha anak muda yang dijalani pada masa 1980-an silam. Ia mencontohkan, tokoh Sukanto Tanoto yang pada tahun 1980-an sudah memberanikan diri terjun dalam usaha pabrik bubur kertas. Lalu pada tahun 1990-an, ada Sudarpo, seperti halnya Tanoto, sudah berani masuk dalam usaha perkapalan, dan Hasyim Ning yang memulai kiprahnya pada usaha dealer mobil.
"Masa, tahun 2010-an ke sini, kita hanya berani jualan dawet dan camilan? Maka dari itu, visi industri harus dibangun. Ke mana menteri perindustrian dalam pengembangan pengusaha muda? Ke mana kredit-kredit industri? Ini saatnya kewirausahaan Indonesia direvitalisasi, diarahkan ke industri, khususnya energi terbarukan, lingkungan, dan inovasi," ungkap pria yang bergelar Ph D dari University of Illinois ini.
Ia menambahkan, anak muda tersebut jangan hanya bermental penumpang, tetapi harus punya mental seperti halnya pengemudi. Pengemudi yang kreatif dan punya keberanian mengambil risiko dan punya pemikiran strategis.
Mereka juga, lanjut Rhenald, harus mampu membangun jaringan dan khususnya memiliki mental sebagai pemenang. Baginya, lawan pemenang bukanlah loser, melainkan mereka yang berhenti. Dengan demikian, anak muda tersebut jangan mudah berhenti. Lalu Rhenald menambahkan, pemenang itu bukan mereka yang tak pernah jatuh atau kalah, melainkan yang tak pernah berhenti. Adapun yang kalah adalah mereka yang berhenti.
"Lalu impiannya harus jadi pengusaha besar, yakni industri, bukan bertarung dengan rakyat kecil di kaki lima," tutur Rhenald Kasali yang pernah menerima Piagam Penghargaan Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun dari Presiden Republik Indonesia ini pada 2004 silam


Penulis : Dimasyq Ozal

KARYA ILMIAH

1.      PENGERTIAN KARYA ILMIAH
Dalam buku yang di tulis Drs.Totok Djuroto dan Dr. Bambang Supriyadi disebutkan bahwa karya ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya.
Menurut Brotowidjoyo, karya ilmiah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut Metodologi penulisan yang baik dan benar.
Menurut Hery Firman, karya ilmiah adalah laporan tertulis dan ai publikasikan dipaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang teliah dilakukan oleh seorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Karya ilmiah adalah Sebuah karya tulis yang mana didalam isinya mengungkapkan suatu pembahasan yang lengkap dan secara ilmiah yang dituliskan oleh seorang penulis. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.
biasanya ditulis untuk mencari sebuah jawaban mengenai sesuatu hal yang di teliti dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan tersebut. Biasanya tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis oleh orang lain agar terlihat beda dan terkesan baik
Istilah karya ilmiah adalah mengacu kepada sebuah karya tulis yang menyusun dan menyajikan berdasarkan pada suatu kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Didalam sebuah penulisan karya ilmiah, baik makalah maupun laporan penelitian biasanya telah didasarkan pada suatu kajian ilmiah dan cara kerja yang ilmiah.
2.      HAKIKAT KARYA ILMIAH
Karya ilmiah adalah karya tulis yang didalamnya berisi gagasan ilmiah (diperoleh dari penyelidikan-penyelidikan ilmiah) yang penjabaran topiknya dilakukan secara deskriptif-argumentatif dan disusun dengan menggunakan bahasa ilmiah serta sesuai dengan teknik penulisan karya ilmiah. Dapat juga dikatakan bahwa karya ilmiah adalah karya yang didalamnya berisi kebenaran ilmiah yang didasarkan pada pengetahuan, sikap, dan cara berfikir ilmiah. maksud dari kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang tidak hanya didasarkan pada kemampuan rasio atau penalaran, tetapi juga dapat dibuktikan secara empiris.
Karya ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.

3.      TUJUAN KARYA ILMIAH

a.    Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
b.   Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
c.    Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
d.   Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
e.    Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
f.    Untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/ hasil penelitian.
4.         SIKAP ILMIAH DALAM PENULISAN ILMIAH
            Dalam penulisan karya ilmiah ada 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a.     Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
b.   Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
c.     Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
d.   Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
e.     Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
f.     Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
g.    Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

5.         SIFAT – SIFAT KARANGAN ILMIAH

Sifat karangan ilmiah ada 4 teknis yaitu :

1.      lugas dan tidak emosional       : mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).

2.      Logis                                              : disusun berdasarkan urutan yang konsisten

3.      Efektif                                            : satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.

4.      Efisien                                     : Hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipaham.

5.      Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.

6.         MANFAAT KARYA ILMIAH

Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut :
  1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif
  2. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
  3. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
  4. Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis
  5. Memperoleh kepuasan intelektual
  6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
  7. Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya
7.         CIRI-CIRI KARYA ILMIAH
a.       Menyajikan fakta obyektif secara sistematis
b.      Penulisan cermat, tepat, dan benar
c.       Tidak mengejar keuntungan pribadi, yaitu tidak berambisi agar pembaca berpihak padanya. Motvasi penulis untuk memberitahu tentang sesuatu. Penulis yang ilmiah tidak ambisius dan tidak berprasangka.
d.      Karangan yang ilmiah itu sistematis. Tiap langkah direncanakan secara sistematis secara tekendali, secara konseptual dan prosedural
e.       Tidak emotif atau tidak menunjikan perasaan. Kata-katanya mudah diidentifikasi, alasan-alasan yang dikemukakan indusif, mendorong untuk menarik kesimpulan tidak terlalu tinggi, dan bukan ajakan
f.       Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung
g.      Ditulis secara tulus dan memuat kebenaran. Tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang bernada keraguan
h.      Tidak persuasive, yang di kemukakan fakta dan aplikasi hokum alam kepada problem spesifik. Tujuan karya ilmiah itu benar untuk mendorong pembaca merubah pendapat, tetapi tidak melalui ajakan, argumentasi, sanggahan
i.        Tidak melebih-lebihkan sesuatu. Dalam karya ilmiah hanya di sajikan kebenaran fakta, oleh sebab itu, memutarbalikan fakta akan menghancurkan tujuan penulisankarya ilmiah.

8.       TAHAPAN PENULISAN KARYA ILMIAH
Kedelapan tahapan menulis yang diusulkan Gardner dan Johnson (1997) adalah sebagai berikut :
1.      Pra-menulis (prewriting), yang terdiri dari dua jenis aktivitas, yaitu:
a.        tahapan penggalian dan pengayaan ide yang dapat dilakukan melalui perenungan (brainstorming), membaca bahan pustaka yang relevan,  pembuatan peta pikiran.
b.      penentuan karakteristik pembaca target, tujuan dan bentuk tulisan.
2.      Pembuatan draf awal, atau penuangan ide ke atas kertas. Dalam tahapan ini penulis tidak perlu merisaukan konvensi atau kaidah-kaidah penulisan. Draf awal tidak perlu harus diulis rapi. Yang penting ide-ide yang telah terakumulasi dalam pikiran dapat mengalir dan dituangkan ke lembaran kertas.
3.      Pembacaan ulang, yang dilakukan untuk mengoreksi draf awal dan menuliskannya ke dalam bentuk yang memenuhi kaidah-kaidah penulisan.
4.      Pemeriksaan mitra bestari (share with a peer revisor), yang dilaksanakan dengan meminta seseorang membaca naskah yang sudah ditulis ulang untuk mengidentifikasi kelemahan (struktur, kosa kata, pengutipan, kejelasan ide, tatabahasa) untuk melakukan perbaikan.
5.      Revisi (revise), atau perbaikan ulang terhadap naskah dengan cara menambah atau mengurangi detil pendukung dan hal-hal lain yang teridentifikasi melalui pemeriksaan mitra bestari.
6.      Pengeditan (editing) atau perbaikan teknik penulisan dan ejaan.
7.      Penulisan naskah akhir (final draft), atau penulisan naskah akhir.
8.      Penerbitan (publishing), atau pengiriman naskah ke redaktur jurnal untuk diterbitkan.
            9.      LANGKAH-LANGKAH PENULISAN ILMIAH
Sebelum melakukan penelitian dan membuat laporannya, kita harus memahami langkah langkah penulisan karya ilmiah. Hal ini bertujuan agar apa yang sudah kita lakukan tidak sia-sia, karena ada kaidah yang dilanggar dalam proses penuliisan karya ilmiah tersebut.
 Beberapa langkah langkah penulisan karya ilmiah tersebut di antaranya :
  1. Menentukan latar belakang masalah. Hal ini sebagai informasi kepada pembaca, mengapa sebuah penelitian dilakukan.
  2. Pembatasan masalah bahasan. Hal ini digunakan agar penelitian bisa lebih terfokus pada satu hal saja, dan juga agar pembaca lebih bisa memahami mengenai konten yang akan dibahas dalam penelitian dan karya ilmiah tersebut.
  3. Pembuatan Hipotesis. Hipotesis adalah kesimpulan awal dari masalah yang diangkat. Dan penelitian merupakan sebuah pembuktian, apakah hasil penelitian sesuai dengan hipotesis atau tidak.
  4. Metode Penelitian. Berisi tentang metode penelitian yang akan dilakukan.
  5. Menentukan sample atau populasi penelitian. Hal ini bermanfaat agar kita bisa mendapatkan hasil penelitian yang mampu mewakili obyek penelitian secara tepat.
  6. Pengolahan data. Ini merupakan proses lanjutan dari hasil survey yang dilakukan pada sample.
  7. Membaca hasil pengolahan. Setelah data diolah, kita harus membaca hasil pengolahan yang biasanya masih berupa data baku. Untuk itu, kita harus bisa menerjemahkan ke dalam bahasa tulisan.
  8. Membuat kesimpulan. Dari data yang diperoleh, akan didapat sebuah kesimpulan apakah penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis atau tidak. Dalam bahasa ilmiah, disampaikan dengan cara menolak hipotesa atau menerima hipotesa.
  9. Membuat saran. Setelah kesimpulan, penulis harus bisa memberikan saran dan masukan pada obyek penelitian. Dasarnya menggunakan data yang didapat pada penelitian tersebut. Hal ini merupakan wujud tanggung jawab peneliti untuk turut membantu penciptaan kondisi yang lebih baik pada obyek penelitian.

10.   SISTEMATIKA PENULISAN KARYA ILMIAH

1.      Bagian Pembuka

a.          Cover
b.         Halaman judul.
c.          Halaman pengesahan.
d.         Abstraksi
e.          Kata pengantar.
f.          Daftar isi.
g.         Ringkasan isi.
h.         Penutup.

2.      Bagian Isi

2.1 Pendahuluan

a.          Latar belakang masalah.
b.         Perumusan masalah.
c.          Pembahasan masalah.
d.         Tujuan penelitian.
e.          Manfaat penelitian.

2.2  Kajian teori atau tinjauan kepustakaan

a.       Pembahasan teori
b.      Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan
c.       Pengajuan hipotesis

2.3  Metodologi penelitian

a.       Waktu dan tempat penelitian.
b.      Metode dan rancangan penelitian
c.       Populasi dan sampel.
d.      Instrumen penelitian.
e.       Pengumpulan data dan analisis data.

2.4  Hasil Penelitian

a.       Jabaran varibel penelitian.
b.      Hasil penelitian.
c.       Pengajuan hipotesis.
d.      Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang didapatnya.

3.      Bagian penunjang

a.       Daftar pustaka.
b.      Lampiran- lampiran antara lain instrumen penelitian.
c.       Daftar Tabel



10.                     MACAM DAN FORMAT KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis ilmiah dapat dilihat dari bentuk penyajian (bahasa) dan kajiannya. Dari segi bentuk penyajiannya, sebagian karya tulis ilmiah memang disajikan ilmiah teknis yang umumnya dipahami oleh kalangan tertentu. Karya tulis seperti ini disebut karya tulis ilmiah akademis atau pendidikan. Biasanya karya tulis seperti ini dimaksudkan untuk kepentingan akademis. Sebagian lagi ditulis untuk kepentingan publikasi yang dapat dipahami oleh banyak orang. Karya tulis ini tidak terlalu banyak menggunakan istilah teknis dan menggunakan bahasa yang familiar dan populer. Karya tulis ilmiah semacam ini disebut karya tulils ilmiah populer.
Sedangkan dari segi kajiannya, karya tulis ilmiah dapat diangkat dari penelitian ilmiah yang dilakukan. Tetapi sebagian lagi tidak berasal dari penelitian ilmiah, tetapi hanya gagasan konseptual atau telaah kritis.
 
9.1 Pentingnya Karya Tulis Ilmiah Dalam Kehidupan Akademis
Kedudukan karya tulis ilmiah di perguruan tinggi sangat penting dan merupakan tuntutan formal akademika. Dilihat dari jenisnya karya ilmiah terdiri dari makalah, laporan bab atau laporan buku , Skripsi, Tesis, Disertasi.Dilihat dari tujuan penulisannya, karya ilmiah dibedakan kedalam dua jenis. Pertama untuk memenuhi tugas-tugas perkuluiahan, yaitu makalah dan laporan bab atau laporan buku. Kedua karya tulis ilmiah yang merupakan syarat yang dituntut dari mahasiswa ketika menyelesaikan progam studi, yaitu skripsi untuk S1, Tesis untuk S2, dan Disertasi untuk S3.
Melalui karya tulis ilmiah tersebut, mahasisiwa mengungkapkan fikirannya secara sistematis, sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan. Disamping itu karaya tulis ilmiah juga merupakan wahanauntuk menyajikan nilai-nilai praktis maupun nilai nilai-nilai teoritis hasil-hasil pengkajian dan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa.
Singkat kata bahwa karya tulis ilmiah dilingkungan perguruan tinggi mengemban dua misi :
a.       Wahana untuk melatih para mahasiswa mengungkapkan fikiran-fikirannya secara sistematis, tertib dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b.      Memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan. Jika yang pertama menunjuk pada sasaran dari segi prosesnya, maka yang kedua lebih mengacu pada produknya.
 9.2 Karya Ilmiah Terbagi Atas Karangan Ilmiah Dan Laporan Ilmiah
a.       Karangan Ilmiah
Adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya.
Sifat – sifat karangan ilmiah ada 4 teknis :
1.   Non-teknis konkret          : ditujukan kepada pembaca dengan pengetahuan ilmiah dasar.
2.   Teknis umum                   : ditujukan kepada pembaca teknis    
3.   Abstrak formal                : isinya popular dan istilah-istilahnya juga populer
4.   Spesifik historis               : karangan yang bersumberkan sejarah
b.      Laporan Ilmiah
Laporan ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan atau gagasan dari seseorang kepada orang lain.Laporan dapat berbentuk lisan dan tulisan Laporan Ilmiah merupakan laporan yang berisikan serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan. 
9.3 Macam-Macam Karya Tulis
Macam-macam karya tulis disajikan dalam berbagai bentuk seperti: makalah, artikel, laporan penelitian, skripsi/tesis dan disertasi.
1. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah mengenai suatu topic tertent yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkuliahan.  Makalah merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan. Secara umum tujuan penulisan makalah adalah untuk kepentingan penyajian hasil penelitian atau gagasan pemikiran dalam suatu diskusi. Oleh karena itu, makalah umumnya ditulis secara singkat dan ringkas tanpa bab-bab. Format penulisannya adalah:
  1. Bagian Awal: Halaman Sampul (Judul, Jenis Karya Tulis, Tujuan Penulisan, Nama dan Identitas Penulis, Lembaga, Tahun),  Daftar Isi,  Daftar Tabel,
  2. Bagian Inti: Pendahuluan, Latar Belakang Penulisan Makalah, Masalah Atau Topik Bahasan, Tujuan Penulisan Makalah, Teks Utama, Penutup
  3. Bagian Akhir: Daftar Kepustakaan dan Lampiran
2.  Artikel
Artikel adalah karya tulis yang dirancang untuk penerbitan jurnal ilmiah. Artikel ini ditulis secara ringkas dan berisi hal-hal penting. Karena ringkas, maka ia tidak memiliki bab-bab. Artikel ilmiah dapat berupa hasil penelitian atau gagasan konseptual. Dalam penulisannya terdapat perbedaan masing-masingnya. Format penulisannya adalah sebagai berikut :
  1. Artikel hasil penelitian
Judul Artikel – Penulis – Absrak – Kata Kunci – Pendahuluan –Metode – Penelitian –Hasil  Penelitian – Pembahasan – Kesimpulan  dan Saran.
2.      Artikel hasil gagasan/pemikiran:
Judul, Penulis, Abstrak, Kata Kunci, Pendahuluan, Bagian Inti, Penutup, Daftar Rujukan, dan lampiran
3.  Proposal Penelitian
Proposal penelitian atau disebut juga usulan penelitian adalah rencana penelitian yang menggambarkan secara umum hal-hal yang akan diteliti dan cara penelitian itu dilaksanakan.  Oleh karena itu ada beberapa hal yang dikemukakan di dalam sebuah penelitian. Format usulan penelitian dapat dibuat dalam beberapa alternatif seperti berikut :
  1. Model I
Latar Belakang Masalah – Rumusan dan Batasan masalah – Tujuan Penelitian – Definisi Operasional – Metode Penelitian
b.      Model II
Latar Belakang Masalah – masalah penelitian – tinjauan kepustakaan – tujuan penelitian – metode penelitian
c.       Model III
Masalah  dan tujuan penelitian –kerangka penelitian – rencana kegiatan penelitian – kepustakaan
4.   Skripsi
            Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi.
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain.  Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

5.   Tesis
              Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk  menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan pengetahuan baru.
              Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada metodologi; metodologi penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan instrumen, mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan rekomendasi.
              Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri —sekalipun dipandu dosen pembimbing— menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.

6.   Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi  dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) atau penelitian kepustakaan.
 Oleh karena itu, format penulisan skirpsi, tesis, disertasi pada umumnya menunjukan seperti berikut :
-       Bagian Awal :
  • Halaman Sampul – Halaman Judul – Lembaran Persetujuan -  Abstrak – Kata Pengantar – Daftar Isi – Daftar Tabel – Daftar Gambar – Daftar Lampiran.


-       Bagian Inti :
  • Bab I Pendahuluan (Latar Belakang Masalah – Rumusan dan Batasan Masalah –Tujuan dan Kegunaan) – Bab II Kajian Kepustakaan – Bab III Metode Penelitian – Bab IV Hasil Penelitian – Bab V Pembahasan – Bab VI Penutup
-       Bagian Akhir :
  • Daftar Kepustakaan – Lampiran – Daftar Riwayat Hidup.


11.     KESALAHAN DALAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat penyelesaiannya adakan dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan. Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut banyak hal, dapat berupa diksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri. Berbagai kendala yang jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut :
a.       salah mengerti audience atau pembaca tulisannya.
b.      salah dalam menyusun struktur pelaporan
c.       salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat)
d.      salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan
e.       pemborosan kata atau kerncuan
f.       kesalahan penalaran
g.      penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar
h.      tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri)
i.        tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah).

12.     KODE ETIK PENULISAN KARYA ILMIAH
Menyusun karya ilmiah tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan selain melibatkan proses berpikir rasional dan berpikir empiris, kita juga harus mentaati kode etik penulisan karya ilmiah. Kode etik penulisan karya ilmiah adalah seperangkat norma yang perlu di perhatikan dalam karay ilmiah. Adapun norma – norma yang mencakup meliputi 3 hal yaitu :
a.    Cara pengutipan dan perujukan
Meskipun rujuk-merujuk atau kutip-mengkutip tidak dapat dihindari dalam penulisan karya ilmiah, penulis harus jujur dal;am menyebutkan rujukan atau pikiran yang diambil dan sumber lain. Jadi. Penulis harus mengindarkan diri dari tingkat plagiat.
b.   Cara perizinan
Penulisan wajib meminta izin secara tertulis kepada pemilik bahan yang dikutip pendapatnya. Jika pemilik bahan tidak dapat dijangkau, maka penulis harus dengan jujur menyebutkan sumber yang dijadikan rujukan dan menjelaskan apakah bahan tersebut diambil secara utuh, diambil sebagian dimodifikasi atau dikembangkan.
c.    Cara penyebutan data atau informan
Nama sumber data atau informan tidak boleh dicantumkan apabila pencantuman nama tersebut dapat merugikan sumber data atau informan. Sebagai gantinya, nara sumber data dinyatakan dalam bentuk kode atau nam samaran.




--------------------------------------
irchams1993group. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Free Web Hosting | Top Hosting