Meneliti Inflasi Terhadap Harga Barang Komoditi di Jatim ~ Angkringan Digital

Minggu, 26 Mei 2013

Meneliti Inflasi Terhadap Harga Barang Komoditi di Jatim


A.    Pengertian
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
       Akibat inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara rill tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5% sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riel pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga, Putong (2002: 254).

B.Rumus Menghitung Inflasi
Adapun rumus untuk menghitung inflasi adalah :
1.  Hitung IHK terlebih dahulu :
 IHK =  x 100%

Keterangan :
IHK            = indeks harga konsumen
Pn              = harga sekarang
Po               = harga pada tahun dasar
∑                 = jumlah




2.      Setelah itu hitung Inflasi :
Inflasi =  x 100 %

Keterangan :
IHKn = Indeks Harga Konsumen periode ini
IHKo = Indeks Harga Konsumen periode lalu

C.  Jenis Inflasi
a.    Berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 4 kategori utama, Putong (2002: 260), yaitu:
a.    Inflasi merayap/rendah (creeping Inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun.
b.    Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10-30% pertahun.
c.    Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100% pertahun.
d.    Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (di atas 100%).

b.    Berdasarkan sebabnya inflasi dibagi menjadi 2, Putong (2002: 260), yaitu:
a.    Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga akan naik.
b.    Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh / menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya).
Akibat dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan harga output, tidak berbeda, tetapi dari segi volume output (GDP riil) ada perbedaan. Dalam kasus demand inflation, biasanya ada kecenderungan untuk output (GDP riil) menaik bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Sebaliknya dalam kasus cost inflation, biasanya kenaikan harga-harga dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang (kelesuan usaha). Perbedaan yang laindari kedua proses inflasi ini terletak pada urutan dari kenaikan harga. Dalam demand inflation kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan barang-barang input dan harga-harga faktor produksi (upah dan sebagainya). Sebaliknya, dalam cost inflation kita melihat kenaikan harga barang-barang akhir (output) mengikuti kenaikan harga barang-barang input/faktor produksi.
Kedua macam inflasi ini jarang sekali dijumpai dalam praktek dalam bentuk yang murni. Pada umumnya, inflasi yang terjadi di berbagai negara di dunia adalah kombinasi dari kedua macam inflasi tersebut, dan seringkali keduanya saling memperkuat satu sama lain, Boediono (1982: 157-158).

c.    Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi 2, Putong (2002: 260), yaitu:
a.    Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.
b.    Inflasi yang berasal dari luar negeri, karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, harga-harga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.

D.    Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
E.     Dampak Inflasi
Secara umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat, para penerima pendapatan tetap, seperti pegawai negeri atau karyawan swasta, serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
a) Bagi Pemilik Pendapatan Tetap Dan Tidak Tetap
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

b) Bagi Para Penabung
Inflasi menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, tetapi jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap menurun. Jika orang tidak menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

c) Bagi Debitur Dan Kreditur
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
d) Bagi Produsen
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan Jika pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Jika hal ini terjadi, produsen terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, jika inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen dapat menghentikan produksinya untuk sementara waktu, bahkan jika tidak sanggup mengikuti laju inflasi, dapat gulung tikar (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
e) Bagi Perekonomian Nasional
1. Investasi berkurang.
2. Mendorong tingkat bunga.
3. Mendorong penanam modal yang bersifat spekulatif.
4. Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan.
5. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi pada masa yang akan datang.
6. Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang.
7. Menimbulkan defisit neraca pembayaran.
8. Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

F.     Cara Mencegah dan Mengatasi Inflasi
       Dengan menggunakan persamaan Irving Fisher MV=PQ, dapat dijelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada Q. Jadi untuk mencegah inflasi variabel M atau V harus dikendalikan, lalu volume Q ditingkatkan. Untuk mengatur M, V, dan Q dapat dilakukan dengan berbagi kebijakan Nopirin (2005: 34-35), yaitu:
a.    Kebijaksanaan Moneter
1.         Mengatur jumlah uang yang beredar (M). Salah satu komponennya adalah uang giral. Uang giral dapat terjadi dalam dua cara, yaitu seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro dan seseorang memperoleh pinjaman dari bank berbentuk giro, yang kedua ini lebih inflatoir. Bank sentral juga dapat mengatur uang giral dengan menaikkan cadangan minimum, sehingga uang beredar lebih kecil. Cara lain yaitu menggunakan discount rate.
2.    Memberlakukan politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga), dengan menjual surat berharga, bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar.
b.    Kebijakan Fiskal
     Dengan cara pengurangan pengeluaran pemerintah serta menekan kenaikan pajak yang dapat mengurangi penerimaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c.    Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
     Dengan menaikkan jumlah output misal dengan cara kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang meningkat atau penaikan jumlah produksi, bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
d.    Kebijaksanaan Penetuan Harga dan Indexing
Dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji/upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga naik, begitu pula kalau harga turun.
e.    Sanering
Sanering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering antara lain: Penurunan nilai uang,  Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.
f.     Devaluasi
Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.

G.    Hasil Observasi Inflasi
Pengaruh inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun, dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.
Disini saya meneliti inflasi di Jatim. Dari data yang saya kumpulkan selama tiga bulan terakhir ini tentang kenaikan harga yang terjadi di setiap bulannya, yaitu sebagai berikut :
Pada perkembangan inflasi perbulan menunjukkan bahwa angka inflasi pada September, Oktober dan November 2012 sebesar masing-masing 4.31 %, 4.61 %, dan 4.32 %. Tekanan inflasi dari sisi "administered price" diperkirakan tetap terjadi pada bulan Desember meskipun masih relatif minim. Di sisi lain, dari sisi fundamental inflasi inti masih berada pada batas atas. hal tersebut juga didukung oleh tingginya ekspektasi inflasi di masyarakat walaupun secara umum kapasitas perekonomian di Jatim tetap mencukupi. jika gangguan anomali cuaca masih terjadi dan tidak terdapat kebijakan pamerintah untuk menaikkan harga BBM maka inflasi tahunan di Jatim diyakini dapat mencapai 4,66 persen.
Jadi, selama tiga bulan kemarin saya dapat menyimpulkan bahwa statistik pada bulan Oktober mengalami kenaikan sebanyak 30 % namun di bulan November mengalami penurunan sebesar 29 %. Ini menjadikan terjadinya pasang surut harga barang. Yang mana barang-barang akan ada yang mengalami kenaikan dan ada juga yang tetap bertahan dengan harga yang sama. Entah itu para pedagang yang tidak tahu inflasi di Indonesia atau memang mereka sengaja tidak menaikkan harga barang.
Untuk menyikapi kondisi tersebut, TPID Jawa Timur menyusun rekomendasi yang perlu ditempuh, di antaranya perumusan kebijakan sektoral dan harga yang mendukung peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) sehingga dapat menjadi insentif bagi pelaku usaha di sektor pertanian, penerapan pembatasan kebijakan impor baik secara parsial maupun menyeluruh. Bahkan, perlu diimbangi dengan upaya peningkatan produktivitas komoditas lokal.
Kemudian peningkatan pengawasan alur distribusi antarpulau untuk mengurangi ekspor ilegal, penerapan ketentuan yang mewajibkan perusahaan asing di bidang pengadaan pangan untuk menjual sebagian atau seluruh produknya di pasar domestik.
Selain itu, peningkatan pemanfaatan resi gudang untuk mengurangi fluktuasi harga antarmusim, perlunya peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam penguasan stok komoditas pangan penting, dan penyusunan data stok pangan, serta informasi harga yang akurat. Disini saya meneliti 7 kelompok inflasi :
  1. Kelompok Bahan Makanan
No.
Komoditas
Satuan
Bulan
September 2012
Oktober 2012
November 2012
1
Beras
Kg
8.000
8.000
8.000
2
Kacang kedelai
Kg
8.500
8.500
8.500
3
Minyak Goreng Curah
L
8.000
8.500
8.900
4
Tepung Terigu
Kg
7.000
7.000
7.000
5
Telur
Kg
24.000
24.200
25.000
Jumlah

55.500
56.200
57.400

Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 101.26 %

Ø  Indeks harga bulan November dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 103.42 %

Ø  Cara menghitung inflasi
Inflasi =    x 100 %
Inflasi =   x 100 %
Inflasi =  2.13 %

Saya mengambil kesimpulan bahwa harga dari bulan september sampai dengan bulan november telah mengalami inflasi atau peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 103.42 % .





  1. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
No.
Komoditas
Satuan
Bulan
September 2012
Oktober 2012
November 2012
1
Big Cola
ml
3.000
3.000
3.000
2
Sari Roti
Bks
10.000
10.000
10.000
3
Rokok Geo Mild
Bks
7.800
7.500
7.800
4
Sarimie Duo
Bks
2.000
2.000
2.200
5
Sprite
ml
3.950
3.950
3.950
Jumlah

26.250
26.450
26.650

Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 100.76 %

Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 101.52%
Ø  Cara menghitung inflasi
Inflasi =    x 100 %
Inflasi =   x 100 %
Inflasi =  0.75 %

Saya mengambil kesimpulan bahwa harga dari bulan september sampai dengan bulan november telah mengalami inflasi atau peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 101.52 % .
  1. Kelompok Perumahan
No
Komoditas
Luas Kav
Bulan
September 2012
Oktober 2012
November 2012
1
LAMDA 80/171
9 x 19
442.000.000
447.000.000
452.000.000
2
Type ALFA I 40/99
9 x 11
219.500.000
225.500.000
230.500.000
3
Type ALFA II 40/99
9 x 13
236.000.000
242.000.000
257.000.000
4
GAMA 61/158
9 x 17.5
360.000.000
365.000.000
370.000.000
5
DELTA 68/141
10 x 14
380.850.000
385.850.000
390.850.000
Jumlah

1.638.350.000
1.665.350.000
1.700.350.000

Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 101.64 %
Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK= 103.78 %
Ø  Cara menghitung inflasi
Inflasi =    x 100 %
Inflasi =   x 100 %
Inflasi =  2.10 %

Saya mengambil sampel dirumah “NEW VILLA BUKIT SENGKALING MALANG”  bahwa harga dari bulan september sampai dengan bulan november telah mengalami inflasi atau peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 103.78 %. itu di karenakan promo di awal bulan dengan harga murah tapi setelah promo habis maka di bulan selanjutnya harga rumah tersebut mengalami peningkatan.
  1. Kelompok Sandang
No
Komoditas
Merk
Bulan
September 2012
Oktober 2012
November 2012
1
Jersey Bola
7 star
30.000
30.000
30.000
2
Kaos Oblong
PallMal
25.000
30.000
30.000
3
Jaket
Nike
90.000
95.000
105.000
4
Kemeja  
Cardinal
85.000
85.000
90.000
5
Celana Jeans
Levis
195.000
195.000
195.000
Jumlah

425.000
435.000
450.000

Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 102.35 %
Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 105.88 %
Ø  Cara menghitung inflasi
Inflasi =    x 100 %
Inflasi =   x 100 %
Inflasi =  3.44 %

Saya mengambil kesimpulan bahwa harga dari bulan September sampai dengan bulan November telah mengalami inflasi atau peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 105.88 %. Itu dikarenakan dibulan – bulan tertentu kadang ada diskon jadi harga sandang dipasaran terkadang berubah-ubah.
  1. Kelompok Kesehatan
No
Komoditas
Bulan
September 2012
Oktober
2012
November 2012
1
Nivea Man
15.000
15.000
15.000
2
Paracetamol
1.200
1.200
1.200
3
Vitamin C
3.500
3.500
3.500
4
Pond’s
13.250
13.500
13.750
5
Celana Jeans
195.000
195.000
195.000
Jumlah
227.950
228.200
228.445

Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 100.10 %
Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 100.21 %
Ø  Cara menghitung inflasi
Inflasi =    x 100 %
Inflasi =   x 100 %
Inflasi =  0.10  %
Saya mengambil kesimpulan bahwa harga dari bulan September sampai dengan bulan November telah mengalami inflasi atau peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 100.21 %.
  1. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
No
Komoditas
Merk
Bulan
September 2012
Oktober 2012
November 2012
1
Jaket Bola
Adidas
120.000
120.000
120.000
2
Sepatu Futsal
Specs
219.000
219.000
199.000
3
Buku Tulis 50 lbr
Sinar dunia
5.000
5.000
5.000
4
Spidol
Snowman
1.000
1.200
1.000
5
Bola futsal
Nike
75.000
80.000
80.000
Jumlah

420.000
425.000
405.000

Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 101.19 %
Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 96.42 %
Ø  Cara menghitung inflasi
Inflasi =    x 100 %
Inflasi =   x 100 %
Inflasi =  -4.71  %
Saya mengambil kesimpulan bahwa harga dari bulan September sampai dengan bulan November telah mengalami penurunan harga dari bulan ke bulan sebesar 96.42 %.




  1. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
No
Komoditas
Bulan
September 2012
Oktober 2012
November 2012
1
Angkutan Umum
2.500
2.500
2.500
2
Bus Malang - Sby (ekonomi)
10.000
10.000
10.000
3
Bus Malang - Sby (Patas)
15.000
15.000
15.000
4
Bus Sby - Lamongan (ekonomi)
10.000
10.000
10.000
5
Speedy
220.000
233.000
233.500
Jumlah
257.500
270.500
271.000

Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 105.04%
Ø  Indeksa harga bulan Oktober dengan bulan dasar September :
IHK =  x 100 %
IHK =  x 100 %
IHK = 105.24 %
Ø  Cara menghitung inflasi
Inflasi =    x 100 %
Inflasi =   x 100 %
Inflasi =  0.19 %
Saya mengambil kesimpulan bahwa harga dari bulan September sampai dengan bulan November telah mengalami inflasi atau peningkatan harga dari bulan ke bulan sebesar 105.24 %.
Dalam pengendalian inflasinya BI menerapkan sistem kebijakan moneter yang ditujukan untuk mengelola tekanan harga yang berasal dari sisi permintaan aggregat (demand management) terhadap sisi penawaran. Kemudian kebijakan ini tidak untuk mengatasi kenaikan kejut yang bersifat sementara karena akan hilang dengan sendirinya.
Dengan pertimbangan bahwa laju inflasi juga dipengaruhi oleh faktor yang bersifat kejutan tersebut maka pencapaian sasaran inflasi memerlukan kerjasama dan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan makroekonomi yang terintegrasi baik dari kebijakan fiskal, moneter maupun sektoral.
Kemudian secara teknis, koordinasi antara pemerintah dan BI telah diwujudkan dengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005. Anggota TPI, terdiri dari Bank Indonesia dan departmen teknis terkait di Pemerintah seperti Departemen Keuangan, Kantor Menko Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Perhubungan, dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Menyadari pentingnya koordinasi tersebut, sejak tahun 2008 pembentukan TPI diperluas hingga ke level daerah. Ke depan, koordinasi antara Pemerintah dan BI diharapkan akan semakin efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat maupun daerah sehingga dapat terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.







DAFTAR PUSTAKA


Atmaja, Adwin. 1999. INFLASI DI INDONESIA: SUMBER-SUMBER PENYEBAB DAN PENGENDALIANNYA, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra.

Bank Indonesia. 2010. Data Inflasi, (Online), (diakses dari (http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/, pada 11 November 2010).
Boediono. 1982. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2 Ekonomi Makro Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.
Nopirin. 2000. Ekonomi Makro, Buku 2, Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.
Putong, Iskandar. 2002. Ekonomi Mikro & Makro, Jilid 2. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Soleh, Muhammad. 2008. Perkembangan Moneter (Inflasi) Indonesia, (Online), (diakses dari http://muhammadsoleh.blogspot.com/2008/02/perkembangan-moneter-inflasi-indonesia.html, pada 27 September 2010).

Samuelson, Paul .A, William, D. Nordhaus.2004. Ilmu Makro Ekonomi. Media Global Edukasi. Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

--------------------------------------
irchams1993group. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Free Web Hosting | Top Hosting